Hari ini aku sedang menjaga kakek dirumah sakit. Sudah 2 hari kakekku diopname karena penyakitnya yang semakin parah. Iya, kakekku sudah beberapa tahun terakhir mengidap penyakit lemah jantung. Biasanya jika penyakitnya kumat, kakek akan terus batuk-batuk dan terlihat susah bernapas sambil memegangi dadanya. Dengan obat-obatan yang ayah dapat dari dokter selama ini bisa membantu kakek untuk meringankan penyakitnya. Tapi entah kenapa tiba-tiba penyakitnya menjadi parah yang mengharuskan kakek istirahat dirumah sakit dengan tabung oksigen yang saat ini dipakainya. Syukurlah dokter mengatakan tidak ada hal yang mengkhawatirkan yang akan terjadi pada kakek.
�Hay lif!!!.� Sapa Arya.
�Hay Alif.� Sapa Ririn setelahnya.
�Loh ngapain kalian disini?� Jawabku kaget.
�Kami tadi kerumahmu, tapi ayahmu bilang kamu lagi ada disini. Ya jadi langsung kemari dan ayahmu yang memberikan nomer kamarnya. Kita kan sudah janji sekarang akan membuat presentasi untuk lomba 2 hari lagi� Arya menjelaskan tujuan mereka kemari.
�Oh astaga aku lupa!!!�
�Alah kebiasaanmu lupa, lif lif� Tegur Ririn kepadaku.
Kamipun berbincang-bincang tentang konsep lomba yang akan kami bawakan. Jadi kami bertiga adalah wakil dari kelas yang kemudian lolos seleksi mewakili sekolah kami untuk lomba �Seminar Anak Muda�. Lomba ini berupa seminar kreatif dengan menggunakan Powerpoint sebagai medianya. Syukurlah aku yang bener-bener semangat setelah punya laptop selama ini sudah berkembang pesat dalam pembelajaran. Akhirnya bisa sampai menjadi bagian yang membanggakan dari sekolahku. Aku bertugas menjadi moderator sekaligus membuat desain dan animasi. Ririn dan Arya menjadi pembicaranya.
Oh iya, mereka berdua adalah sahabatku disekolah sekaligus juga teman sekelas. Ririn adalah satu-satunya perempuan yang dekat denganku. Anaknya baik dan lucu. Selain itu dia juga cerewet tapi dia sangat pintar dikelas. Tahun lalu dia mendapat peringkat 3 dikelas. Hal yang sama antara aku dan Ririn adalah kami sama-sama dari keluarga yang sederhana.
Sedangkan Arya, dia anak dari keluarga yang lebih berkecukupan. Tapi menurutku dia satu-satunya teman cowok yang paling baik. Tidak memandang teman dari segi materi. Buktinya aku dan dia sudah bersahabat lebih dulu dari SMP ketimbang dengan Ririn yang kami kenal di masa SMA sekarang. Sebagai seorang cowok, Arya bisa dibilang tipe cowok perfect untuk para perempuan dan juga sangat pandai berbicara didepan umum. Tapi entah mengapa aku tidak pernah tau dia punya pacar atau tidak.
5 menit kami mengobrol, dokter yang telah selesai memeriksa kakek akhirnya keluar.
�Adik, orang tuanya mana?� Tanya dokter.
�Orang tua saya lagi pulang dok. Bentar lagi paling kesini.� Jawabku dengan sopan.
�Oh yasudah kalau begitu, nanti saja om dokter mau bicara, kalau ketemu didalem lagi. Permisi ya dik�
�hmm dok dok.. Boleh tau mau ngomong tentang apa??� Aku yang penasaran dan menghentikan langkah dokter yang ingin pergi.
�Masalah kakeknya. Jantungnya masih bener-bener lemah. Untuk memastikan keadaan beliau, sepertinya beliau masih harus disini sampai 3 atau 4 hari lagi. Ya maksimal seminggu lah.� Kata dokter.
�Oh gitu. Iya nanti biar saya sampaikan dok.� Jawabku mengakhiri obrolan dengan dokter.
Setelah dokter pergi, aku ingin segera kedalam untuk melihat kondisi kakek. Akupun menyuruh 2 sahabatku untuk pulang daripada obrolan kami akan mengganggu istirahat kakek.
�Kalian pulang gih.. Aku jaga kakek sampai ortuku datang. Nanti kalian cari bahan saja dulu di internet. Aku akan segera menyusul kalian jika ortuku sudah datang. Maaf banget ya Rin, Arya.�
�Iya santailah sama kita. Semoga kakekmu cepat sembuh ya� Mereka menghiburku dan tidak lama mereka langsung pulang. Akupun segera masuk kedalam.
***
�Kakek, entah kenapa melihat kondisimu yang seperti ini aku jadi kangen masa-masa kakek yang masih sehat. Semasa SD, kakek dulu yang sering mengantarku ke sekolah. Mengajakku memetik buah mangga yang ada dirumah. Sering mengajakku bermain, bercanda, mengasuhku. Aku kangen kakek� Jeritan hatiku memaksa air mataku untuk keluar. Diruangan sunyi yang hanya ada kami berdua, aku mengelus tangan kakek sambil menangis. Berharap kakek cepat sembuh. Tiba tiba�
�Alif�.Yang lain kemana�?� Tiba-tiba kakek bicara dengan suara terpatah-patah dan mata yang hanya seperempat terbuka.
�Kakek sudah bisa sadar?! Ayah dan Ibu bentar lagi kesini kek. Apa yang kakek rasakan sekarang?� Perasaan sedihku tiba-tiba berubah menjadi senang.
�Kakek� kakek serasa menghirup angin dingin lif. Rasanya adem tenang�� Kata kakek yang kemudian membuatku tertawa kecil. Sempat-sempatnya kakek mengeluarkan kata-kata seperti itu. Syukurlah aku benar-benar tenang sekarang.
15 menit kemudian, Ibu, Sayu dan Ayah akhirnya datang. Aku kemudian ingin pamit pergi untuk membantu Ririn dan Arya. Sekalian aku ingin menyampaikan pesan dokter tadi. Tapi sebelum aku bicara. Ayah lebih dulu bicara kepada kakek.
�Pak, gimana udah baikan?� Ayahku bertanya kepada kakek.
�Udah, tapi bapak masih susah nafas�� Kakek menjawab masih dengan terpatah-patah.
�Yasudah bapak sekarang istirahat yang banyak, sekarang bapak makan dulu ya biar istriku yang suapin.�
�Iya pak. Sekarang makan biar ada tenaga ayo.� Ibu membalas sambil mengambil bubur makan malam kakek hari ini.
�Biayanya toh gimana nak?� Kakek kemudian bertanya
��������.. Iya nanti bisa aku usahain pak. Yang penting sekarang bapak tetep disini sampai sembuh ya.� jawab ayahku kepada kakek.
�Oiya yah, tadi pak dokter bilang katanya kakek masih harus disini sekitar 3 harian gitu yah� Kemudian aku memotong pembicaraan.
����.... Iya lif. Kalau kamu mau pergi saja sekarang. Nanti kamu langsung pulang biar ayah dan ibu yang nemenin kakekmu disini. Ini bawa motor ayah.�
Ayah menjawab seperti tidak mau membicarakan masalah biaya ataupun lamanya kakek dirumah sakit. Tapi aku tau ayah pasti bingung masalah biaya rumah sakit yang mahal. Apalagi tidak memungkinkan untuk kakek rawat jalan. Semoga semua ini ada jalan keluarnya. Aku cuma bisa berdoa. Kemudian aku pamit untuk menemui Arya dan Ririn dirumah Arya.
Sesampainya di rumah Arya, kamipun segera menyelesaikan bahan untuk lomba 2 hari lagi. Tapi sepertinya pikiranku masih saja tertuju dengan masalah biaya rumah sakit.
�Kenapa lif? Dari tadi kayaknya nggak semangat sekali.� Tanya Ririn
�Hmm� Anu� Gimana ya caranya biar bisa dapat uang banyak kalau lagi kepepet?� Iseng aku bertanya
�Loh emangnya kenapa? Kamu lagi butuh uang banyak?� Tanya Arya
�Iya kayaknya sih. Jadi gini, seperti yang kalian dengar tadi sore, kakekku masih harus di RS sampai beberapa hari. Nah aku bingung biayanya. Kayaknya ayahku juga lagi kesusahan bagaimana cara membayarnya.� Aku menjelaskan kepada mereka.
Teman-temanku pun ikut membantu berpikir bagaimana solusinya. 15 menit kami berpikir dan menyumbangkan ide, tetapi belum ada yang masuk akal. Tapi akhirnya Ririn memecah kebuntuan.
�Aha!!! Kalian tau kan hadiah lomba seminar itu berapa?� Ririn bicara dengan semangat yang sepertinya memberi harapan.
�Iya tau. 5 juta kan. Apa maksudmu kita pakai uang itu buat dikasi Alif?? Nggak mungkinlah. Itu kan uang hak sekolah. Lagian kita belum tentu menang. Saingannya berat� Arya tiba-tiba membuatku pesimis lagi.
�Tepat sekali!!! Jadi gini, Besok aku akan bicara sama wali kelas dan kepala sekolah. Buat negosiasiin tentang rencana ini.� Jawab Ririn lagi.
�Oh iya!!! Kemungkinan kalau Ririn yang bicara pasti didengar. Karena Ririn berprestasi di Sekolah. Lagian ini juga tujuan baik. Pasti semuanya mengerti. Dan aku juga akan mengusahakan bicara dengan papa untuk minta uang sedikit membantu sisanya.� Jawab arya
Ya Tuhan aku bingung harus mengucapkan terimakasih seperti apa pada teman-temanku. Mereka benar-benar teman yang sangat baik. Mereka mau berusaha seperti itu demi kakekku yang bahkan belum pernah mereka temui.
�Baiklah. Untuk mengawali ini semua. Mari kita berusaha yang terbaik untuk lomba ini.!!!� Kataku memberi semangat kepada kelompok kami
�SIAP!!!!�
Kamipun bekerja keras membuat yang terbaik untuk Lomba Seminar Remaja. Ketika sampai dirumahpun aku begadang bersama laptopku untuk membuat presentasi yang bukan hanya terbaik. Tapi perfect menurutku. Karena untuk kakek, berarti kami harus menang.
***
Singkat cerita. Dengan keyakinan dan usaha Ririn, usulnya pun diterima oleh semua pihak bahkan mereka juga memberi doa pada kakekku. Begitu juga dengan Arya, usulnya disetujui oleh ayahnya yang itu artinya Keluarga Arya siap membantu biaya rumah sakit kakek. Sekarang tinggal bagaimana kami harus berusaha memberikan yang terbaik di lomba tersebut.
H-1 lomba, aku pergi kerumah sakit untuk meminta doa kakek. Tapi kakek saat itu sedang tertidur. Jadi aku tidak bisa meminta doa kepada beliau. Dan juga pada Ayah dan Ibu, aku menjelaskan tentang uang yang akan aku dapat seandainya aku bisa memenangkan lomba besok. Ibu dan Ayah terlihat senang dan bangga. Ini menjadi motivasi buatku besok.
Hari yang ditunggu akhirnya datang. Aku menggunakan jasa ojek untuk pergi ke tempat tujuan lomba karena motor kami satu-satunya akan dipakai. Sesampainya ditempat itu, Ririn dan Ari terlihat duduk bersama Bu Ema yang merupakan wali kelas kami diruang belakang panggung. Kamipun mempersiapkan segala halnya mulai dari materi, latihan berbicara dan tidak lupa untuk berdoa bersama.
�Oke teman-teman, demi nama kelas, nama sekolah, dan tentunya untuk Alif. Semoga hari ini kita diberi kemudahan untuk melakukan yang terbaik!!!� Ririn mewakili untuk berdoa bersama.
Doa dari teman-teman yang lain, para guru yang hadir juga menyertai kami ditempat itu. Sambil menunggu giliran, kami duduk di kursi penonton. Melihat kelompok dari sekolah lain yang sedang membawakan materi mereka masing-masing. Jujur aku tidak satupun mendengarkan mereka. Karena aku hanya fokus kepada materi yang akan kami bawakan.
Giliran kami tiba. Kami naik keatas panggung. Arya dan Ririn mulai mengambil mic mereka masing- masing sedangkan aku mulai mengatur materi presentasi. Aku melihat kearah depan. Tiba-tiba aku merasa grogi. Untuk pertama kalinya diperhatikan puluhan orang, dan dinilai oleh 3 juri.
Pada menit awal. Seminar kami dimulai sangat apik oleh kata-kata yang dibawakan Arya. Dan seterusnya dilanjutkan penyampaian materi yang memukau dari Ririn. Aku melihat kesungguhan dari kedua temanku ini untuk bisa memenangkan lomba. Aku menjadi makin percaya diri. Dan sampai sesi pertanyaan, ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh murid dan juga oleh para juri. Pertanyaan mereka dijawab oleh masing �masing dari kami bertiga. Dan sampai giliran kami selesai, kami bersyukur semua berjalan dengan mulus. Kami mendapat banyak tepuk tangan, senyuman dari teman-teman kami.
Dan seperti yang diharapkan. Sekolah kami memenangi perlombaan tersebut. Murid-murid sekolah kami bersorak-sorak diruangan tersebut. Semua silih berganti mengucapkan selamat. Semua terlihat senang. Yatuhan aku tidak sabar ingin memberitahu ini kepada keluargaku.
Menjelang larut malam, acara sudah selesai dan aku buru-buru ijin pamit kepada guruku.
�Alif, aku ikut ke rumah sakit ya, aku ingin ketemu kakek.� Kata Ririn yang masih terlihat senang.
�Oh tentu ayo, Arya kamu mau ikut?� Kemudian aku bertanya kepada Arya.
�Waduh, sorry lif. Ini aku juga disuruh pulang ada acara dengan keluargaku� Jawab Arya.
�Oh okelah tak apa�
Ternyata diluar sedang hujan. Kamipun memutuskan ke RS menumpang becak. Sepanjang perjalanan aku tidak berhenti tertawa. Iya aku sedang bahagia, begitu juga dengan Ririn. Berdua duduk didalam becak, kami sempat-sempatnya bercanda hingga becaknyapun goyang-goyang.
Sekitar 30 menit akhirnya kami sampai. Aku menarik tangan Ririn agar buru-buru kedalam. Aku sudah tidak sabar ketemu semuanya. Bahagia bukan cuma mendapatkan uang dan memenangi lomba. Tapi ini merupakan kali pertamanya aku membanggakan orang tuaku.
Belum sampai kamar kakek, dari kejauhan aku melihat ayah dan ibu berada di lobby rumah sakit berbicara dengan beberapa suster. Akupun cepat-cepat menghampiri mereka.
�Yah!!! Ibu!!! Kami menang yah!!! Aku bisa nambah biaya Rumah Sakit yah� Aku bicara dengan rasa bangga
�Lif�.� Ibu kemudian tiba-tiba memegangi pundakku.
�Ada apa ini? Kalian tidak senang kah?� Aku bingung. Mereka tidak menunjukkan perasaan senang sedikitpun.
�Kakek sudah tidak ada lif. Kakek sudah kembali kerumah Tuhan.� Kata ayah
�Ah...........?� Aku benar-benar shock. Pikiranku tiba-tiba kosong
�Kakek meninggal sejam yang lalu. Jantung kakek sudah tidak kuat.� Kata ayah
Mendengar itu semua, aku serasa tidak percaya. Kemudian aku berjalan pelan-pelan ke arah kamar kakek. Sampai didepan pintu aku melihat tempat tidur kakek sudah rapi. Tidak ada kakek lagi disana. Kemudian Ririn memegang pundakku sama seperti ibuku tadi. Perasaan yang tidak bisa ku bendung lagi, kemudian aku memeluk Ririn. Pertanyaan yang membuatku bingung aku lontarkan begitu saja kepada Ririn. Dan Ririn cuma bisa berkata �Sabar�.
<< ALIF in LIFE #1 - Prolog